1. Mengapa hari Rabu?
Nah, Gereja Katolik menerapkan
puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari
Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus), maka masa Puasa
berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari. Dengan
demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu,
dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur,
jatuh pada hari Rabu).
Jadi penentuan awal masa Prapaska
pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu
Paska, tanpa menghitung hari Minggu.
2. Mengapa Rabu “Abu”?
Abu adalah tanda pertobatan.
Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan
Niniwe (lih. Yun 3:6). Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini
diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati
dan kembali menjadi debu. Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja,
kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil”
atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to
dust you shall return).”
3. Tradisi Ambrosian
Namun demikian, ada tradisi
Ambrosian yang diterapkan di beberapa keuskupan di Italia, yang menghitung Masa
Prapaskah selama 6 minggu, termasuk hari Minggunya, di mana kemudian hari Jumat
Agung dan Sabtu Sucinya tidak diadakan perayaan Ekaristi, demi merayakan dengan
lebih khidmat Perayaan Paskah.
Sumber : http://katolisitas.org/
Post a Comment Blogger Facebook