TIADA SYUKUR TANPA PEDULI
Kunjungan Sosial ke P/A Sinar Kasih Harapan dan Panti Werdha Rumah Kasih Sayang
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang maha Esa,
yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat,
dan hak-hak sebagai manusia yang harus di junjung tinggi, dari sisi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus
cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak
kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
Itulah
sepenggalan profile mengenai P/A Sinar Kasih Harapan yang berlokasi dikawasan
perumahan Mutiara Gading Timur, Mustika Jaya – Kota Bekasi. Suatu wujud syukur
yang direalisasikan dalam bentuk kepedulian terhadap anak-anak terlantar,
yatim/piatu, korban bencana alam yang kurang mendapat perhatian dari
pemerintah.
Mendengar
kisah kegigihan seorang Aventinus Gea bagaimana beliau yang secara swadaya
peduli terhadap anak – anak yang membutuhkan uluran tangan membuat kami begitu
terharu sekaligus bangga ketika kami menggelar kunjungan sosial Paskah 2015
pada hari minggu, 8 oktober 2015 kemarin.
Selain
itu, Panitia Paskah 2015 melanjutkan kunjungan sosial Paskah 2015 ke panti
werdha “Rumah Kasih Sayang” yang berlokasi di kelurahan Duren Jaya – Bekasi
Timur. Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui keberadaan panti werdha ini
karena lokasi yang agak tersembunyi, namun kami merasakan keteduhan dan
kenyamanan ketika hadir kedalamnya. Tempat yang nyaman bagi mereka menghabiskan
masa tuanya dan bahkan mereka yang terbuang di masa senjanya.
Suatu
teladan nyata yang begitu mengagumkan yang patut ditiru oleh kita semua,
bagaimana mereka keluar dari titik nyaman dan melakukan aksi nyata menjadi
tangan Tuhan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan uluran tangan tanpa
melihat latar belakang.
Semboyan
“Tiada Syukur Tanpa Peduli”, dijelaskan oleh Mgr Suharyo, “mencerminkan
dinamika hidup beriman kita yang kita harapkan menjadi semakin ekaristis. Dalam
perayaan Ekaristi kita mengenangkan Yesus yang “mengambil roti, mengucap
syukur, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya”.
Dengan demikian jelas bahwa bentuk syukur yang paling sesuai dengan teladan
Yesus adalah kerelaan untuk “dipecah-pecah dan dibagikan”, seperti roti
ekaristi.”
Post a Comment Blogger Facebook