Ada sebagian orang percaya bahwa Yesus disalib di tiang dan
bukan dipaku di tiang berbentuk salib. Sebenarnya fakta bahwa Yesus benar-
benar disalibkan [artinya dipaku di tiang berbentuk salib] sesungguhnya
tertulis dalam Kitab Suci, dan dapat dipelajari dari fakta- fakta sejarah.
1. Dari Kitab Suci:
Yesus berkata: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak
Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan
mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah
dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” (Mat 20:18-19)
“Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu
dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka
membawa Dia ke luar untuk disalibkan. Ketika mereka berjalan ke luar kota,
mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang bernama Simon. Orang itu mereka
paksa untuk memikul salib Yesus.” (Mat 27:31-32, lih. Mrk 15:20-21, Luk
23:26)
“Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun,
seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya.” (Matius 27:38, lih.
Mrk 15:27-28)
Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, merekamenyalibkan Yesus
di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya
dan yang lain di sebelah kiri-Nya, (Luk 23:33, lih. Yoh 19:18)
“Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak
dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu
dan kami akan percaya kepada-Nya.” (Mat 27:42)
Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu,
tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang
berkilau-kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua
orang itu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di
antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang
dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak
Manusia harusdiserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan
akan bangkit pada hari yang ketiga.” (Luk 24:4-7)
2. Dari tulisan Bapa Gereja
a. St. Ignatius dari Antiokhia (35-117)
“Aku memuliakan Yesus Kristus, Tuhan yang telah melimpahi
kamu dengan kebijaksanaan sedemikian…. Tentang Tuhan kita, kamu telah
sepenuhnya yakin bahwa Ia adalah keturunan Daud menurut kemanusiaan-Nya, dan
Sang Putera Allah menurut kehendak dan kuasa-Nya; bahwa Ia sungguh lahir
dari seorang Perawan dan dibaptis oleh Yohanes agar segala pelaksanaan hukum
dapat digenapi oleh-Nya (Mat 3:15); bahwa di dalam tubuh-Nya Ia
sungguh-sungguh dipakukan di kayu salib demi kita, di bawah pemerintahan
Pontius Pilatus dan Herodes, sang tetrakh, yang dari kisah Sengsara-Nya itu
kita adalah buahnya, sehingga melalui kebangkitan-Nya, Ia dapat membangkitkan
untuk sepanjang segala abad, sebuah standar bagi para orang kudus dan umat
beriman di dalam satu tubuh Gereja-Nya, baik itu di kalangan orang Yahudi
ataupun non- Yahudi.” (St. Ignatius of Antioch, Letter to the Smyrnaeans,
Ch. 1)
b. St. Yustinus Martir (100-165)
“Jika, dengan demikian Bapa menghendaki agar Kristus
mengambil bagi-Nya kutuk atas seluruh umat manusia, dengan memahami bahwa,
setelahIa disalibkan dan wafat, Ia akan membangkitkan Dia, mengapa kamu
mempertanyakan tentang-Nya, yang taat untuk menderita semuanya ini menurut
kehendak Bapa, seolah Ia dikutuk, dan bukannya malah menangisi dirimu
sendiri?….” (St. Justin Martyr, Dialogue with Trypho, ch. 95)
3. Dari fakta sejarah
a. Sejarah mencatat bahwa penyaliban merupakan salah satu
cara hukuman mati yang dilakukan di Persia, Seleusia, Carthage dan Roma sekitar
abad 6 BC sampai abad 4 AD.
Tahun 337 hukuman penyaliban ini dihapuskan oleh Kaisar
Konstantin di Roma. Memang istilah ‘crucifixion‘ dapat mengacu kepada hukuman
siksaan di tiang ataupun pada pohon, namun juga dapat berarti pemakuan pada
kombinasi palang kayu tiang terdiri dari tiang vertikal dan horizontal. Jika
palang horizontal digunakan maka narapidana tersebut dipaksa untuk memanggulnya
di bahunya, yang kemungkinan sudah luka- luka karena cambukan, ke tempat
penyaliban. Sedangkan tiang vertikalnya umumnya sudah ada di tempat penyaliban.
Kitab Suci mengatakan, bahwa setelah didera/ dihajar (lih. Luk 23:16) Yesus
dibawa keluar untuk disalibkan, dan kemudian Simon dari Kirene dipaksa untuk
membantu memikul salib Kristus (lih. Mrk 15: 21, Luk 23:16). Maka kita ketahui
di sini bahwa Yesus disalibkan dengan pada tiang dengan palang mendatar/
horizontal, sebab palang inilah yang dipikul-Nya dan oleh Simon yang kemudian
membantu-Nya.
b. Josephus (37-100), seorang sejarahwan Yahudi pada abad
awal menuliskan beberapa cara penyiksaan dan posisi penyaliban pada sekitar
keruntuhan Yerusalem di abad pertama.
Terdapat banyak cara penyaliban, namun yang umum adalah
dengan palang salib horisontal tepat di di atas tiang sehingga membentuk huruf
“T” atau palang tersebut diletakkan sedikit ke bawah seperti yang umum dikenal
oleh kita umat Kristiani sebagai salib Kristus.
Josephus menuliskan demikian:
SEKARANG, SEKITAR WAKTU INI, YESUS, SEORANG YANG BIJAK,
KALAU ITU BENAR/LAWFUL MEMANGGILNYA SEBAGAI MANUSIA; SEBAB IA ADALAH
SEORANG PEMBUAT MUKJIZAT, SEORANG GURU BAGI ORANG- ORANG YANG MENERIMA KEBENARAN
DENGAN SUKA CITA. IA MENARIK KEPADANYA BANYAK ORANG YAHUDI MAUPUN NON- YAHUDI.
IA ADALAH KRISTUS. DAN KETIKA PILATUS, ATAS DORONGAN PARA PEMIMPIN DI ANTARA
KITA, TELAH MENGHUKUMNYA KE SALIB, MEREKA YANG MENGASIHINYA TIDAK MENINGGALKAN
DIA; SEBAB IA MENAMPAKKAN DIRI KEPADA MEREKA PADA HARI KETIGA; SEPERTI DINUBUATKAN
OLEH PARA NABI TENTANG HAL INI DAN SEPULUH RIBU HAL AJAIB LAINNYA TENTANG DIA.
DAN SUKU KRISTEN, YANG MENGAMBIL NAMA DARINYA, TIDAK PUNAH SAMPAI HARI INI…”
(JOSEPHUS,ANTIQUITIES OF THE JEWS, XVIII, 3:8-10)
Tulisan- tulisan pertama yang menjabarkan tentang penyaliban
Yesus tidak secara khusus menyebutkan bentuk salib-Nya, tetapi tulisan-tulisan
sekitar tahun 100 menyebutkan salib Kristus tersebut berbentuk T (huruf Tunani
‘tau’, seperti dituliskan dalam Surat Barnabas bab 9) atau komposisi palang vertikal
dan horizontal, dengan sedikit tonjolan di atas- nya (lih. Irenaeus (130-202) Adversus
Haereses II, xxiv,4). Ini cocok dengan penjabaran Mat 27:37, yang
menuliskan bahwa di atas kepala Yesus, terpasang tulisan, “Inilah Yesus Raja
orang Yahudi”.
c. Penemuan terkini tentang penyaliban adalah melalui
penemuan arkeologis dari penggalian tahun 1968 di sekitar arah timur laut
Yerusalem.
Ditemukan sebuah sisa- sisa jenazah seorang laki- laki, yang
diidentifikasikan sebagai Yohan Ben Ha’galgol, yang meninggal tahun 70 AD.
Analisa yang dilakukan oleh Hadassah Medical School, menyatakan bahwa luka-luka
di tubuhnya seuai dengan yang dikisahkan sebagai luka- luka pada penyaliban
Kristus. Penemuan lainnya adalah yang juga berasal dari abad pertama, dengan
penemuan tulang kaki dengan paku, yang ditemukan di Yerusalem, yang kini
disimpan oleh Israel Antiquities Authority di Israel Museum, juga menggambarkan
luka- luka di kaki akibat penyaliban.
d. Bukti dari Kain kafan Turin (The Shroud of Turin), yang
selengkapnya dapat dibaca di situs ini, silakan klik.
Pihak Vatikan memang belum mengeluarkan pernyataan resmi
tentang keotentikan kain kafan Turin ini, namun dari data- data yang dapat kita
baca mengenai penyelidikan sains tentang kain ini, semakin menunjukkan bukti
yang cukup kuat bahwa kain ini bukan merupakan produk forgery/ pemalsuan
dari abad pertengahan.
Dari informasi yang dapat kita baca di link di atas, kain
kafan Turin diyakini sebagai kain yang membungkus jenazah Yesus pada saat Ia
dikuburkan. Menurut fakta sejarah, kain ini pertama ditemukan di dinding kota
Edessa (antara tahun 525-544) ketika kota itu diserang pasukan Persia. Sebelum
kejadian itu tidaklah diketahui dengan pasti kisah dari kain Turin ini. Menurut
sejarahwan Ian Wilson, yang mempelajari tradisi dan tulisan- tulisan pada abad
awal, kemungkinan murid Yesus yang bernama Addai [Yudas Thaddeus] membawa kain
kafan ini dari Yerusalem ke Edessa atas permintaan Raja Akbar V, yang pada saat
itu sakit keras. Namun kemudian cucu dari Raja Akbar V tersebut menyerang umat
Kristen, sehingga kain tersebut hilang ataupun disembunyikan. Kisah tentang Raja
Akbar V ini dimuat dalam catatan sejarah Eusebius. Selanjutnya, berabad
kemudian kain kafan ini ditemukan kembali oleh seorang prajurit Perancis,
Geoffrey de Charny (1349), yang diperolehnya dari Konstantinopel.
Sejarah menunjukkan bahwa telah diadakan berkali- kali
pemeriksaan akan keotentikan kain kafan dan gambar yang tercetak pada kain
tersebut, yang padanya ‘tercetak’ gambar tubuh seorang laki- laki dengan luka-
luka penyaliban. Jadi terdapat dua jenis gambar pada kain itu, yaitu bercak
darah yang disebabkan oleh luka- luka; dan gambar rupa manusia yang bukan
disebabkan oleh bercak darah. Asal gambar ini tidak dapat dijelaskan menurut
para ahli yang telah meneliti kain kafan tersebut. Yang jelas, gambar itu bukan
hasil pencetakan/ lukisan, dan bukan pula berasal dari darah atau karena
persentuhan dengan tubuh manusia. (lih. Ray Rogers, Comments on the Book,
The Resurrection of the Shroud by Mark Antonacci, 2001, p.4)
Melalui gambar tersebut, terdapat bukti luka- luka sebagai
berikut:
- Luka cambukan, sebanyak 120 buah (menurut Giulio Ricci
220 buah). Walaupun batas pencambukan menurut hukum Yahudi adalah 40, namun
kemungkinan prajurit Romawi tidak mengikuti aturan ini, atau cambukannya
terdiri dari tiga cabang sehingga semuanya berjumlah 120 cambukan.
- Luka pada mahkota duri di kepala
- Luka bekas paku di tangan dan kaki.
- Memar di muka, fraktur di hidung, luka besar di pipi
kanan, luka di bawah mata kanan sehingga membuat mata kanan menutup, darah dari
kedua lubang hidung, dan pipi sebelah kiri.
- Luka besar di bahu, akibat memikul salib. Ini cocok
dengan deskripsi bahwa Yesus memikul palang salib horizontal di bahu-Nya ke
Golgota, walau di tengah jalan Simon dari Kirene dipaksa oleh para serdadu
untuk membantu-Nya.
- Tidak ada tulang-Nya yang dipatahkan. Luka paku 7 inci
terlihat pada kakinya.
- Luka pada lambungnya, karena tikaman.
Kesimpulannya: dari ayat- ayat Kitab Suci maupun fakta
sejarah, kita ketahui bahwa Yesus disalibkan di tiang yang terdiri dari palang
vertikal dan horisontal (bentuk salib), jadi bukan ‘hanya’ pada tiang/ pohon
vertikal.
Demikianlah sekilas yang dapat saya tuliskan tentang
pertanyaan anda. Suatu saat nanti mungkin Katolisitas akan menuliskan tentang
hasil penelitian Kain kafan Turin ini secara lebih mendetail. Memang di saat
yang lalu ada laporan yang bernada skeptikal tentang kain ini, namun
berdasarkan penelitian terakhir, cukup banyak ditemukan bukti- bukti yang
mendukung keotentikan kain ini, setidaknya mematahkan argumen bahwa gambar pada
kain ini hanya karya artis pada jaman Abad Pertengahan.
Catatan:
Informasi tentang Kain Kafan Turin, disarikan dari:
Dr. Leoncio A Garza-Valdes, The DNA pf God? Newly
Discovered Secrets of the Shrouds of Turin, (New York: Berkley Books, 1999)
C. Bernard Ruffin, The Shrouds of Turin, Our
Sunday Visitor Publishing, Huntington, Ind. 1999, pp- 26-27.
Dr. Frederick T. Zugibe, The Cross and the Shroud,
(Minnesota, Paragon House: 1981)
Sumber : Katolisitas.org