Kaisar Napoleon terharu dengan permohonan seorang ibu agar
anaknya dimaafkan. Namun, Kaisar mengatakan, karena yang dilakukan serdadu itu
adalah pelanggaran besar kedua, maka keadilan menuntut dia menerima hukuman
mati.
“Saya tidak meminta keadilan,” mohon sang ibu, “aku memohon
belas kasihan.”“Tapi,” kata Kaisar, “dia tidak pantas menerima belas
kasihan.”“Tuan,” teriak sang ibu, “bukan belas kasihan kalau dia
layak mendapatkannya, yang saya minta hanyalah belas kasihan.”
Perasaan belas kasihan dan kejelasan logika ibu itu
mendorong Napoleon untuk menjawab,
“Baiklah, kalau begitu, saya akan
memberi belas kasihan.”
Dalam Minggu Kedua dalam masa Paskah, umat diajak
merenungkan kasih dan belas kasihan Tuhan yang tak terbatas bagi umat-Nya,
seperti yang dijelaskan dalam Alkitab dan dijalani serta diajarkan Yesus.
Selain itu umat diajak mempraktekkan karya-karya belas kasihan rohani dan
jasmani.
Tahun lalu, dalam pesta yang sama, Hari Raya Kerahiman
Ilahi, Paus Fransiskus mengkanonisasi Yohanes Paulus II bersama dengan Yohanes
XXIII. Pilihan tanggal ini berkaitan dengan orang kudus baru dari Polandia,
Santo Paus Yohanes Paulus II yang memiliki devosi pribadi kepada Kerahiman
Ilahi.
Saat terakhir kali orang kudus itu melakukan perjalanan ke
Polandia, Agustus 2002, santo itu mendedikasikan tempat ziarah jenis baru yakni
Tempat Ziarah Kerahiman Ilahi di Lagiewniki, pinggiran kota Krakow. Orang kudus
itu yakin, tempat itu khusus dipilih Tuhan untuk menabur rahmat kerahiman.
Devosi Kerahiman Ilahi berkaitan dengan penampakan yang
dialami Suster Faustina Kowalska. Dalam perjalanan itu, Santo Yohanes
Paulus II mengatakan ingin sungguh-sungguh mempercayakan dunia kepada Kerahiman
Ilahi. Ada juga keinginan membara agar pesan kerahiman Allah, yang diwartakan
di situ melalui Suster Faustina dikenal oleh semua bangsa di dunia dan memenuhi
hati mereka dengan harapan.
“Hari ini,” kata santo itu, “Saya ingin mengulang kata-kata
sederhana Suster Faustina agar bersama dia dan kalian semua mengagumi misteri
kerahiman Allah yang tak terbayangkan dan tak terduga.”
Sama seperti Santa Faustina, lanjut santo itu, “kami ingin
menyatakan bahwa selain kerahiman Allah tidak ada sumber harapan lain bagi umat
manusia. Dengan iman kami ingin mengulangi lagi: Yesus, aku percaya kepada-Mu.
Pernyataan ini, pengakuan kepercayaan akan Allah yang sangat kuat ini, sangat
dibutuhkan saat ini, saat manusia bingung menghadapi banyak manifestasi
kejahatan. Permohonan akan kerahiman Allah perlu dipanjatkan dari kedalaman hati
yang penuh penderitaan, ketakutan dan ketidakpastian, dan pada saat yang sama
merindukan sumber harapan yang sempurna.”
Secara pribadi, Santo Paus Yohanes Paulus II berbagi
pemikiran berkaitan dengan hubungannya dengan tempat yang begitu dia senangi itu:
“ … banyak kenangan pribadi saya terkait tempat ini. Saat pendudukan Nazi,
ketika saya bekerja di pabrik Solvay dekat sini, saya sering datang ke sini.
Sekarang pun saya ingat jalan dari Borek Falecki ke Debniki yang saya jalani
setiap hari untuk kerja dengan mengenakan sepatu bakiak terbuat dari kayu.
Itulah sepatu yang biasa kita pakai saat itu. Bagaimana mungkin membayangkan
suatu hari pria dengan bakiak kayu akan mentahbiskan Basilika Kerahiman Ilahi
di Lagiewniki Kraków.
Sepanjang 26 tahun kepausannya, Bapa Suci Yohanes Paulus II
tak henti menerangkan kepada umat beriman tentang Kerahiman Ilahi dan
perlunya serta pentingnya Kerahiman Ilahi bagi umat manusia.
Paus yang lalu dikenal sebagai Paus Kerahiman itu mengatakan
tanggal 7 Juni 1977, “Siapa pun dapat datang kemari, melihat lukisan Yesus yang
Maharahim ini, yang dari Hati-Nya memancarkan rahmat; dan mendengar dalam lubuk
jiwanya sendiri apa yang didengar Santa Faustina: `Jangan takut. Aku senantiasa
menyertaimu’.”
Jika ia menanggapi dengan hati yang tulus, `Yesus, Engkaulah
andalanku!’, maka ia akan mendapati penghiburan dalam segala ketakutan dan
kecemasannya. Dalam dialog penyerahan diri ini, terbentuklah antara manusia dan
Kristus suatu ikatan istimewa kasih yang membebaskan. Dan `di dalam kasih
tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan’ (1Yoh 4:18),”
lanjut orang kudus itu.
Di hari itu Santo Paus Yohanes Paulus II juga mengajak umat
melihat indahnya Allah dengan mengatakan, “Tidak ada yang lebih dibutuhkan
manusia daripada Kerahiman Ilahi – cinta yang berlimpah belas kasih, yang penuh
kasih sayang, yang mengangkat manusia di atas segala kelemahannya, ke
ketinggian yang tak terhingga dari kekudusan Allah.”
Sumber : http://penakatolik.com/